Tuesday, April 23, 2013

Write Down 100 Dreams

Sejak lama sekali saya ingin membagikan sebuah cerita yang saya baca dari buku karangan Bo Sanchez berjudul "You Have The Power to Create Love: Take Another Step on The simple Path to Happiness." Berikut salah satu cerita yang sangat berkesan bagi saya dari terlalu banyak cerita luar biasa inspiratif dari seorang Bo Sanchez:

Ada beberapa hal dalam hidup yang membuat saya mengamuk. Salah satunya adalah ketika seseorang mengatakan, "Saya bosan." Maksud saya, bagaimana bisa seseorang merasa bosan di dunia yang begitu indah, lengkap, dan mengasyikkan seperti planet yang kita tinggali ini?

Satu hari, seorang teman berusia 15 tahun dengan kuku berwarna alumunium dan sepatu bertumit 12 inchi mengatakan pada saya, "Saya bosan." Daripada melompat naik turun sambil menjerit, saya memutuskan untuk bertanya dengan tenang, "Mengapa?"

"Karena handphone saya rusak dan saya tidak dapat mengirim sms kepada siapapun!"

Ooooooh. Armageddon dapat melarikan diri, lapisan ozon dapat menghilang dari sebuah asteroid dapat menghancurkan setengah planet - tapi bencana-bencana ini tidak dapat dibandingkan dengan malapetaka yang dialami seorang remaja tanpa handphonenya.

"Ini selembar kertas." (Saya menyobek selembar dari buku harian saya). "Tuliskan 100 mimpi yang ingin kamu lakukan sebelum kamu meninggal."

Matanya terbelalak. "Seratus? Saya tidak pernah berpikir tentang..." Setelah berpikir sejenak, ia berkata malu-malu, "Mmm... saya ingin membeli kemeja Benetton yang bagus berwarna hijau alpukat yang saya lihat kemarin di mal. Apakah itu bisa dibilang sebuah mimpi?"

"Saya perbolehkan. Tuliskan itu sebagai yang ke-99 atau 100. Ada yang lebih mengasyikkan?"

"Uh... saya pernah berpikir untuk menjadi seorang penulis novel suatu hari kelak. Tapi ah..." Ia menyapu ide itu dengan lambaian tangannya.

"Tuliskan itu", perintah saya, "Saya akan menjadi seorang novelis hebat."

Sambil menuliskan kalimat itu, ia bertanya, "Mengapa saya harus menyertakan kata hebat?"

"Tuliskan itu, sayang!" saya hampir berteriak. "Apa lagi?"

"Kadang-kadang saya membayangkan diri saya memulai toko kepunyaan saya sendiri. Saya akan menjual perhiasan-perhiasan kecil yang disenangi para gadis remaja seperti saya. Tapi itu terlalu mustahil..."

"Luar biasa! Tuliskan itu!"

Ia meneruskan. "Dan satu hari, saya berharap untuk memberi satu milyar rupiah ke panti jompo." 

Selanjutnya, ia tidak lagi membutuhkan bujukan apapun. Ia seperti sebuah kereta yang melaju, matanya terlihat berapi-api.  

Belajar biola. Pesiar ke Paris dan Beijing. Mencoba terjun payung satu kali. Menjadi seorang ahli pembuat makanan. Menikah dan mempunyai tiga anak.

Ketika ia selesai dengan mimpi ke-100 (kemeja hijau alpukat yang bagus sudah terlupakan), saya berkata, "Pikirkan hal-hal sederhana yang dapat kamu lakukan SEKARANG yang dapat membawamu lebih dekat untuk mewujudkan mimpi-mimpimu. Mulai dengan mimpi sebagai novelis..."

"Hmm, saya dapat mulai membaca novel. Saya akan mempelajari keahlian mengarang."

"Hebat! Dan bagaimana dengan ide toko perhiasan-perhiasan kecil?"

"Mungkin saya dapat belajar lebih banyak tentang gelang-gelang dan cat kuku dan menata rambut..."

Saya memberi saran, "Kamu juga dapat bekerja di toko apapun selama liburan sekolah atau pada akhir minggu, sekalipun jika mereka tidak menggajimu sesenpun. Pelajari bagaimana prosesnya, dari awal hingga akhir!"

"Ini mengasyikkan sekali!" jeritnya.

"Dan kamu bilang kamu ingin memberi satu milyar rupiah ke sebuah panti jompo?"

"Jangan katakan, Bo. Saya dapat mengunjungi mereka sekarang! Mungkin setiap bulan! Dengan demikian, saya tidak akan pernah lupa janji saya! Wah, ada banyak hal yang harus saya lakukan! Saya harus pergi sekarang!" Dia mengucapkan selamat tinggal dan pergi, remaja dengan kuku berwarna alumunium dan sepatu bertumit 12 inchi.

Hmm. Aneh. Saya pikir saya baru saja melihat seorang gadis muda tanpa handphonenya. Bahagia. Mungkin saja saya berhalusinasi.

P.S. Tuliskan 100 mimpi Anda. Mungkin hal-hal aneh juga akan terjadi atas diri Anda.

No comments:

Post a Comment