Life is Brief, and then You Die, You Know?

Belakangan saya sedang gandrung dengan akun social networking PATH. Sepintas Path tidak berbeda jauh dengan Instagram dan Facebook. Hal yang menarik dari Path bagi saya secara  pribadi adalah tingkat intimasi dan tujuan utamanya sebagai media untuk menyimpan dan berbagi momen2 / pengalaman hidup yang kita jalani.

Sebelumnya, jumlah teman pada Path dibatasi maksimal sebanyak 150 orang. Hal ini ditetapkan berdasarkan penelitian yang menyatakan bahwa seseorang hanya mungkin mengelola lingkaran pertemanan yang intens dengan tidak lebih dari 150 orang pada satu periode waktu. Akan tetapi, Path saat ini telah memungkinkan untuk menambah jumlah teman sampai dengan 500 orang. Hal ini agak mengecewakan dan saya rasa tentunya tidak lepas dari kepentingan bisnis.

Saya sendiri tetap menjaga jumlah teman di Path maksimal 150 orang. Toh memang teman dimana kita aktif berhubungan memang tidak lebih dari 150 orang. Hal ini untuk memastikan terjaganya privasi dan intimasi saya. Dengan dasar itu, saya tidak segan menolak invitation atau bahkan menghapus teman yang pasif atau kurang akrab.

Moment bagi saya adalah saat-saat istimewa atau bermakna dalam kehidupan saya, kabar baik yang ingin saya sharing dengan teman dan keluarga, hal-hal yang menghibur, pengalaman-pengalaman baru, bahkan sampai mengenai makanan, musik, film, atau buku favorit saya.

Manusia pada era sekarang seringkali terjebak dalam rutinitas dan kesibukan yang bertubi-tubi. Hidup menjadi hambar dan tidak bermakna. Hubungan dengan orang terkasih pun menjadi minim. Oleh karena itu, saya melihat Path sebagai reminder untuk mencari, menciptakan, dan meng-capture momen-momen yang bermakna dalam kehidupan yang demikian monoton.

Semua aktivitas mengumpulkan momen menjadikan pribadi kita lebih kreatif, penuh semangat, dan bahagia. Path juga mengingatkan saya untuk meluangkan waktu kita dengan orang terkasih dalam momen yang istimewa. Momen-momen bermakna inilah yang memberi arti dalam kehidupan dan menjadikan kita sebagai pribadi yang lebih baik.

Saya cenderung rela mengeluarkan sejumlah uang untuk mendapatkan sebuah pengalaman dan memori yang berkesan. Saya juga tidak menunggu untuk dapat menikmati kehidupan sejak dini. Seringkali, orang sering mengutamakan untuk mencari kemapanan terlebih dahulu baru kemudian bersenang-senang. Tetapi, apakah 'kemudian' itu benar ada?

Seringkali orang tidak pernah berhenti dalam usaha pencarian kekayaan. Seringkali juga mereka telah menjadi pribadi yang tidak kreatif dan melupakan caranya bersenang-senang. Seringkali juga 'kemudian' tidak pernah datang karena umur yang hanya Tuhan yang tahu.

Untuk yang terakhir ini, saya belajar secara langsung dari kehidupan ayah saya. Ayah saya adalah seorang pekerja yang ulet dan tekun. Sepanjang umurnya dia bekerja keras mengumpulkan uang dengan harapan dapat menikmati jerih payahnya di hari tua. Dia bekerja dan berhemat dan mengorbankan masa mudanya demi masa pensiun yang nyaman. Sayangnya, beliau meninggal tepat 7 hari sebelum dia memasuki masa pensiun yang ditunggunya sepanjang kehidupan.

Pedoman saya adalah tetap ciptakan dan jalani kehidupan yang berimbang antara bekerja dan bersenang-senang. Berapa pun kekayaan Anda, tidak ada alasan bagi Anda untuk tidak menikmati kehidupan dan momen-momen istimewa dalam hidup. Siapa pun memiliki momen-momen spesial dalam kehidupan mereka. Rayakan dan ciptakan lebih banyak lagi momen-momen istimewa lainnya untuk dirayakan dan dinikmati bersama orang-orang terkasih.

Hal paling bernilai tidak dapat dinilai secara materi. Bekerja keras dan luangkan waktu untuk menghargai momen keberhasilan Anda. Luangkan lebih banyak waktu lagi untuk orang terkasih. Ciptakan kehidupan yang bermakna bagi diri Anda dan orang terdekat.

"Because life is brief, and then you die, you know? And we've all chosen to do this with our lifes. So it better be damn good. It better be worth it!" -- Steve Jobs.